Minggu, 06 November 2016

ILMU RESEP

Ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari tentang cara penyediaan obat-obatan menjadi bentuk tertentu hingga siap digunakan sebagai obat. Ada anggapan bahwa ilmu ini mengandung sedikit kesenian, maka dapat dikatakan bahwa ilmu resep adalah ilmu yang mempelajari seni meracik obat (art of drug compounding), terutama ditujukan untuk melayani resep dari dokter.

Penyediaan obat-obatan disini mengandung arti pengumpulan, pengenalan, pengawetan dan pembakuan dari bahan obat-obatan. Melihat ruang lingkup dunia farmasi yang cukup luas, maka mudah dipahami bahwa ilmu resep tidak dapat berdiri sendiri tanpa kerja sama yang baik dengan cabang ilmu yang lain, seperti fisika, kimia, biologi dan farmakologi.
Pada waktu seseorang mulai terjun masuk kedalam pendidikan kefarmasian berarti dia mulai mempersiapkan dirinya untuk melayani masyarakat dalam hal :

•Memenuhi kebutuhan obat-obatan yang aman dan bermutu.
•Pengaturan dan pengawasan distribusi obat-obatan yang beredar di masyarakat.
•Meningkatkan peranan dalam bidang penyelidikan dan pengembangan obat-obatan.
Mempelajari resep berarti mempelajari penyediaan obat-obatan untuk kebutuhan si sakit. Seseorang akan sakit bila mendapatkan serangan dari bibit penyakit, sedangkan bibit tersebut telah ada semenjak diturunkannya manusia pertama.

B. Sejarah Kefarmasian

Ilmu resep sebenarnya telah ada dikenal yakni semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini mulai timbul peradaban dan mulai terjadi penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan usaha masyarakat untuk melakukan usaha pencegahan terhadap penyakit.
Ilmuwan- ilmuwan yang berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran adalah :

– Hipocrates (460-370), adalah dokter Yunani yang memperkenalkan farmasi dan kedokteran secara ilmiah. Dan Hipocrates disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran

– Dioscorides (abad ke-1 setelah Masehi), adalah ahli botani Yunani, merupakan orang pertama yang menggunakan tumbuh- tumbuhan sebagai ilmu farmasi terapan. Karyanya De Materia Medica. Obat-obatan yang dibuatnya yaitu Aspiridium, Opium, Ergot, Hyosyamus dan Cinnamon.

– Galen (130-200 setelah Masehi), adalah dokter dan ahli farmasi bangsa Yunani. Karyanya dalam ilmu kedokteran dan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan sediaan farmasi yaitu Farmasi Galenika.

– Philipus Aureulus Theopratus Bombatus Van Hohenheim (1493-1541 setelah masehi), Adalah seorang dokter dan ahli kimia dari Swiss yang menyebut dirinya Paracelcus , sangat besar pengaruhnya terhadap perubahan farmasi, menyiapkan bahan obat spesifik dan memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.

Ilmu farmasi baru menjadi ilmu pengetahuan yang sesungguhnya pada abad XVII di Perancis. Pada tahun 1797 telah berdiri sekolah farmasi yang pertama di perancis dan buku tentang farmasi mulai diterbitkan dalam beberapa bentuk antara lain buku pelajaran, majalah, Farmakope maupun komentar. Kemajuan di Perancis ini diikuti oleh negara Eropa yang lain, misalnya Italia, Inggris, Jerman, dan lain-lain. Di Amerika sekolah farmasi pertama berdiri pada tahun 1821 di Philadelphia.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, maka ilmu farmasipun mengalami perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling berkaitan, misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika dan kimia farmasi.

Perkembangan farmasi di Indonesia sudah dimulai semenjak zaman Belanda, sehingga buku pedoman maupun undang-undang yang berlaku pada waktu itu berkiblat pada negeri Belanda. Setelah kemerdekaan, buku pedoman maupun undang-undang yang dirasa masih cocok tetap dipertahankan, sedangkan yang tidak sesuai lagi dihilangkan.
Pekerjaan kefarmasian terutama pekerjaan meracik obat-obatan dikerjakan di apotek yang dilakukan oleh Asisten Apoteker di bawah pengawasan Apoteker. Bentuk apotek yang pernah ada di Indonesia ada 3 macam : apotek biasa, apotek darurat dan apotek dokter.
Dalam melakukan kegiatan di apotek mulai dari mempersiapkan bahan sampai penyerahan obat, kita harus berpedoman pada buku resmi farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan, antara lain buku Farmakope (berasal dari kata “Pharmacon” yang berarti racun/obat dan “pole” yang berarti membuat). Buku ini memuat persyaratan kemurniaan, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
Hampir setiap negara mempunyai buku farmakope sendiri, seperti :

· Farmakope Indonesia milik negara Indonesia
· United State Pharmakope ( U.S.P ) milik Amerika
· British Pharmakope ( B.P ) milik Inggris
· Nederlands Pharmakope milik Belanda

Pada farmakope-farmakope tersebut ada perbedaan dalam ketentuan, sehingga menimbulkan kesulitan bila suatu resep dari negara A harus dibuat di negara B. Oleh karena itu badan dunia dalam bidang kesehatan, WHO ( world health organization ) menerbitkan buku Farmakope Internasional yang dapat disetujui oleh semua anggotanya. Tetapi sampai sekarang masing-masing negara memegang teguh farmakopenya.
Sebelum Indonesia mempunyai farmakope, yang berlaku adalah farmakope Belanda. Baru pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan buku farmakope yang pertama, dan semenjak itu farmakope Belanda dipakai sebagai referensi saja.

Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :
· Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit tanggal 20 Mei 1962
· Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit tanggal 20 Mei 1965
· Formularium Indonesia ( FOI ) terbit 20 Mei 1966
· Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
· Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
· Formularium Nasional terbit 12 Nopember 1978
· Farmakope Indonesia III terbit 9 Oktober 1979
· Farmakope Indonesia IV terbit 5 Desember 1995

PERHITUNGAN DOSIS

MACAM-MACAM DOSIS OBAT
Dosis adalah takaran obat yang menimbulkan efek farmakologi (khasiat) yang tepat dan aman bila dikonsumsi oleh pasien. adapun jenis jenis DOSIS, antara lain dosis lazim, dosis terapi, dosis minimum, dosis maksimum, dosis toksik, dan dosis letal (dosis letal50 dan dosis letal100) :

1. Dosis lazim
Dosis lazim adalah dosis yang diberikan berdasarkan petunjuk umum pengobatan yang biasa digunakan, referensinya bisa berbeda-beda, dan sifatnya tidak mengikat, selagi ukuran dosisnya diantara dosis maksimum dan dosis minimum obat.

2. Dosis terapi
Dosis terapi adalah dosis yang diberikan dalam keadaan biasa dan dapat menyembuhkan pasien.

3. Dosis minimum
Dosis minimum adalah takaran dosis terendah yang masih dapat memberikan efek farmakologis (khasiat) kepada pasien apabila dikonsumsi.

4. Dosis maksimum
Dosis maksimum adalah takaran dosis tertinggi yang masih boleh diberikan kepada pasien dan tidak menimbulkan keracunan.

5. Dosis toksik
Dosis toksik adalah takaran dosis yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan keracunan pada pasien. (takaran melebihi dosis maksimum)

6. Dosis Letalis
Dosis letalis adalah takaran obat yang apabila diberikan dalam keadaan biasa dapat menimbulkan kematian pada pasien, dosis letal dibagi menjadi 2 :
  • Dosis letal50 : takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 50% hewan percobaan
  • Dosis letal100 takaran dosis yang bisa menyebabkan kematian 100% hewan percobaan


1. Berdasarkan umur
a. Rumus young (untuk anak <8 tahun)
n : umur dalam tahun

b. Rumus dilling(untuk anak Besar-sama dengan 8 tahun)
  n : umur dalam tahun

c. Rumus Fried  (untuk bayi)
  n : umur dalam bulan
    
2. Berdasarkan berat badan
Perhitungan dosis berdasarkan berat badan sebenarnya lebih tepat karna sesuai dengan kondisi pasien ketimbang umur yang terkadang tidak sesuai dengan berat badan, bila memungkinkan hitung dosis melalui berat badan
d. Rumus Thermich
            
 n : berat badan dalam kilogram


3. Rumus untuk menentukan persentase DM obat

Persentase DM sekali :

PERHITUNGAN FARMASI


    Hitungan Farmasi
              Farmakope Indonesia  Edisi IV memberikan 3 bentuk persen  yaitu :

1.        Persen bobot per bobot  (b/b)
Menyatakan jumlah gram zat  dalam 100 gram campuran atau larutan.
2.        Persen bobot per volume (b/v)
       Menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan, sebagai pelarut dapat digunakan air atau pelarut lain.

3.    Persen volume pervolume (v/v)
Menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan. Pernyataan persen tanpa penjelasan lebih lanjut untuk campuran padat atau setengah padat , yang dimaksud adalah b/b, untuk larutan dan suspensi suatu zat padat dalam cairan yang dimaksud adalah b/v dan untuk larutan cair di dalam cairan yang dimaksud adalah v/v  dan untuk larutan gas dalam cairan yang dimaksud adalah b/v.

¨      Perhitungan Etanol.
          Yaitu mengubah atau mengencerkan kadar etanol yang lebih tinggi menjadi kadar yang lebih rendah .
          Perlu diketahui bahwa apabila kita mencampur 2  larutan yang berbeda berat jenisnya (termasuk etanol/spiritus ) akan terjadi penyusutan volume yang disebut dengan kontraksi.
          Spiritus atau etanol adalah campuran alkohol absolut dengan air.  Umumnya dinyatakan dalam persen b/b atau v/v, sehingga :


1.    100 gram etanol  0 % b/b artinya larutan mengandung
              alkohol absolute    0  %  x 100 gram       =  0 gram
              air                             100 gram – 0 gram   =  100 gram




2.    200 cc etanol 70 % v/v artinya larutan mengandung
              alkohol absolute     70 %  x 200 cc           =  140 cc 
     air  bukan     200 cc – 140 cc =   60 cc, tetapi lebih besar dari 60 cc (hal ini dapat dihitung)
             
  3. 200 cc etanol 70 % b/b, jumlah alkohol absolute tidak bisa langsung dihitung. Disini harus kita sejeniskan terlebih dahulu. Untuk mengetahuinya dapat dipergunakan tabel  pada Farmakope edisi IV


  etanol 70 % b/b   =   etanol 76,91 % v/v   =   BJ  0,8658
  Volume larutan    =   200 cc
  alkohol absolut    =   76,91 % x  200 cc       =   153,82 cc
  Berat larutan        =   0,8658  x  200 cc      =   173,16 gram
  Alkohol absolut  =     70 % x 173,16 g       =  121,21 gram
  Berat air               =   173,16 g – 121,21 g =   51,95 gram

Latihan .
1.        500 gram etanol 95 % b/b , berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
       Jawab :
alkohol absolute       =  95 %  x  500 gram  =   475gram
95 % b/b              =   96,79 % v/v              =   BJ  0,8020
              500/0,8020          =   623,44 cc,
               alkohol absolut  =     96,79 % x   623,44 cc
             =   603,42 cc
                                                                                                           
2.        1 liter etanol 77,79 % v/v, berapa cc dan gram alkohol absolutnya ?
       Jawab :
Alkohol absolute =  77,79 % x 1000 cc =   777,9  cc
77,79 % v/v         =   71 % b/b                   =   BJ   0,8634
Berat larutan        =   0.8634 x 1000          =   863,4 gram
Alk. absolute       =   x 863,44 gram  =  613,04gram


3.        500 gram etanol 73,3 % v/v berapa gram dan cc alkohol absolutnya ?
Jawab  :
73,3 % v/v           =   66 % b/b                    =  0,8753

alkohol absolute  =  66 % x 500 gram        =   330 gram 

volume larutan   =    500/0,8753   =   571,23 cc

alkohol absolute  =    x  571,23 cc  =  418,71 cc

4.        1 liter etanol 57 % b/b berapa cc dan gram alkohol absolutnya
       Jawab :
57 % b/b              =   64,8 % v/v                =   BJ  0,8964
alkohol absolut    =     64,8 % x  1000 cc           =         648 cc
Berat larutan        =   1000 x 0,8964          =  896,4 gram
Alkohol absolut  =   x  896,4 g          =   510,95 gram
5.        800 cc etanol BJ 0,8364
       Jawab :
BJ 0,8364  =  87,8 % v/v  =  82 % b/b
Alkohol absolut  =   87,8 %  x  800 cc         =  702,4 cc
Berat larutan        =   800 x  0,8364           =   669, 12 gram 
Alkohol absolut   =  82 %   x   669,12 g     =   548,68gram
            Kegunaan menghitung alkohol absolut adalah untuk mencari kadar.


Contoh soal :
Berapa % b/b kadar etanol yang diperoleh kalau kita mencampurkan 100 gram etanol 70 % v/v  dengan air  200 cc ?
Penyelesaian :
100 gram etanol 70 % v/v     = 62,44 % b/b à 
alkohol abs. 62,44/100 x 100                      = 62,44  g
  Kadar campuran  =  x 100 %   =   20,81 %    b/b
              Atau menggunakan rumus :
            B1 x K1 + B2 x K2 = B3 x K3

100  x  62,44  +  200 x 0 = 300 x K3
K3 =      x 100 % = 20, 81 %
                                                           
Apabila tabel yang dimaksud tidak ada dalam daftar maka harus dilakukan   interpolasi .

Cara :
Misalkan yang hendak diketahui % b/b dan BJ etanol 90,5 % v/v.
Ambil 1 tabel yang terdekat diatasnya. Dengan perbandingan biasa kita  dapat membuat tabel baru.



BJ
0,8271


b/b
85,69


v/v
90
0,5
1
0,0066

1,3
90,5

0,8337

86,99

91

Perbandingan 0,5/1 =1/2
% b/b= 85,69 + ( ½ x 1,3 )
         = 85,69 + 0 65
         = 86,34
BJ     = 0,8271 + ( ½ x 0,0066 )
         = 0,8271 + 0,0033
         = 0,8304
Jadi etanol 90,5 % v/v = etanol 86,34 % b/b; Bj = 0,8304.

Latihan soal.                                       

1.     1. Interpolasi dari BJ  0,9003
2.     2. Interpolasi dari 66,5 % b/b
3.     3. Tentukan % b/b, % v/v dan BJ dari campuran :
       1200 gram etanol 60 % v/v  +  200 cc air
4.     4. Hitunglah % b/b, % v/v dan BJ campuran  :
100 gram spiritus dilutus  +  100 gram air
5.     5. Hitung berapa gram air yang ditambahkan pada campuaran
500 cc spiritus 96 % v/v  +  air samapi 1 liter
  6. Dibutuhkan 1 liter spiritus 60 % b/b. Dalam persediaan kita mempunyai spiritus fortior. Berapa cc air yang diperlukan
  7. Dibutuhkan etanol 40 % v/v dalam persediaan  terdapat 300 cc spiritus fortior dan 200 cc spiritus dilutus.
  8. Tentukan BJ dari campuran sama berat spiritus dilutus dan air
  9. Tentukan BJ dari campuran sama volume spiritus dilutus dan air.

Contoh soal kontraksi.
       Dicampurkan 100 cc spiritus dilutus dengan 100 cc air.
Berapa cc hasil yang akan didapat dan hitungkan kontraksinya!
       100 cc x 70 % v/v  +  100 cc 0%  v/v     à      ?  
       Berat campuran :
       =     (100 x  0,8837) g + 100 g     à   88,37  +  100 
       =     188,37 g  (x)  % b/b
       Etanol absolut :
       =       x   88,37      =                          55,18 g
             
       Kadar  =   x 100 %  = 29,29 % b/b 
BJ 0,9545 (hasil interpolasi), maka volume sebenarnya (Volume praktis)           =      =   197,35 ml
       Volume teoritis = Vt  =   V1  +  V2  
                                          = 100 ml + 100 ml
                                           = 200 ml

       Kontraksi                    =   Vt  - Vp
                                          =   200 ml -  197,35 ml
                                           =   2,65  ml
       % kontraksi                 =    x 100 %   = 1,33 %.
       kontraksi tidak boleh lebih dari 3,6 %
        
Latihan soal

1.        Hitunglah kontraksi bila dicampur etanol absolut dengan air sama jumlah volumenya
2.        Hitunglah kontraksi dalam % jika dicampur 200 ml spiritus dilutus dengan 300 ml spiritus 95 % v/v
3.        Hitunglah kontraksi bila dicampur masing-masing 100 g spiritus 95 % v/v, 100 g spiritus dilutus dan 200 g air.


¨      Hitungan Pengenceran Bukan  Etanol.                           
          Hendak dibuat 300 gram larutan  yang mengandung 10 % NaCl dengan mempergunakan larutan yang mengandung 50 % NaCl. Berapa jumlah larutan  50 % yang harus dipakai dan berapa air yang harus ditambahkan ?
Untuk menyelesaikan soal ini , tentukan dulu :
1.        Mana bagian  yang membentuk dan mana yang terbentuk.
2.        Komponen  yang belum kita ketahui  kita misalkan X
3.        Zat aktif yang membentuk sama dengan yang terbentuk
4.        Berat zat yang membentuk harus sama dengan yang terbentuk.
5.        Kalau terdapat selisih berat antara zat terbentuk dengan yang membentuk maka selisihnya adalah zat penambah.
Jawab.
        X   gram   50 %   =   300 gram  10 %
        Zat aktif (za)       =     x  X            =   0,5 X
        Z.A                      =     x  300         =   30  gram
        0,5 X                   =   30

        X                         =    g                   =   60 gram
        Zat penambah (air)    =  300 -   60         =   240 gram

Latihan soal

1. Hitung berapa gram zat penambah diperlukan pada pembuatan 400 gram campuran   dengan kadar 20 %, bila yang tersedia 200 gram zat 25 % dan zat 15% yang belum diketahui jumlahnya.
     Jawab.
    X g   x   15 %   +  200 g  x  25 %     à      400 g  x   20 %
Z.A    (15/100 x   X )  +  ( 25/100 x 200)  à  20/100  x  400
Z.A       0,15 X            +          50           =   80
                                                          0,15 X       =   80  -  50
                                                                  X       =   =   200
              Zat 15 %   diambil sebanyak 200 gram
              Zat penambah  sebanyak  400 – ( 200 + 200 )  =  0 gram

2.   Hitung berapa gram larutan NaCl   40 % harus ditambahkan pada 10 gram larutan NaCl 10 % supaya diperoleh 100 gram larutan NaCl 20 % !
       Jawab :
              ( 10 g x  10 % ) +  ( X g  x  40 % )   à 100 g  x 20 %
Z.A(  x  10 )  +  ( x  X ) à     20/100  x  100
                       1               +     0,4 X                   =   20
                                                               X          =   20 -  
                                                               X          =   47,5  g
              Larutan NaCl 40 % yang diambil     47,5 gram
              Zat penambah    100  -  (  10 + 47,5 ) =   42,5 gram

3.    Hitunglah berapa gram larutan glukosa 15 %  dan  glukosa     25 % harus ditambahkan pada 200 gram larutan  glukosa 20 % supaya diperoleh 600 gram larutan glukosa 18 %
       Jawab :
Glukosa 15 %    =   X
Glukosa  25 %   =   (600 – 200 ) – X
X  x  15 %   +   (400-X) x  25 %  +  200 x  20 %  
                          à     600  x   18 %
0,15 X +  100 -  0,25 X  +  40   =  108
0,15 X  -   0,25 X  =  108  -  ( 100 + 40) -   0,1 X  =  -  32
X   =     =  320  
Jumlah glukosa 15 %     320 gram
Jumlah glukosa 25 %      400 – 320   =   80 gram
                                                                                               
4.    50 mg alkaloid belladon dicampur dengan  1 gram extract belladon yang mengandung 1,5 % alkaloid belladon. Berapa gram campuran extract  belladon 1,3 % yang diperoleh dan berapa gram zat penambahnya.
Jawab :
50 x  100 % + 1000  x  1,5 %    à   X   x    1,3 %
          50      +          15              =     0, 013  X
                          X  =      =    5000 mg  = 5 g
Campuran yang diperoleh   5000 mg  =  5 gram
Zat penambah = 5000 – (1000 + 50)  =  3950 mg   =  3,95 g